
Bagi Gereja, generasi Z merupakan aset penting yang harus dijaga dan dikembangkan. Dengan penggembalaan yang tepat, mereka dapat menjadi penggerak utama dari pergerakkan Gereja. Untuk itu, Gereja perlu berupaya agar gen Z dapat tertanam di Gereja.
Untuk mencapai hal tersebut, Gereja perlu untuk membangun ikatan yang kuat dengan mereka. Sebuah riset dari Barna menyebutkan 3 rahasia agar dalam membangun hubungan yang kuat dengan gen Z. Apa saja langkah tersebut?
1. Membangun komunikasi sosial yang baik
Gereja dapat membantu gen Z untuk percaya dan terbuka. Hal ini dilakukan dengan cara bertindak aktif dalam komunikasi, semisal mencari info terlebih dahulu, memperhatikan keadaannya, atau bahkan menanyakan kabar. Jika Gen Z sudah mulai percaya, mereka akan jauh lebih mudah terbuka tentang dirinya.
2. Membangun target komunikasi yang bisa dicapai.
Artinya, dalam komunikasi yang terjadi, ada sebuah tujuan yang ingin dicapai dan dapat direalisasikan, semisal membangun target untuk menjadi pribadi yang terbuka, atau menjadi percaya diri saat berkomunikasi tatap muka. Dengan begitu, gen Z akan merasakan manfaat dalam berkomunikasi, sehingga mereka akan berusaha berkomunikasi lagi
3. Mengarahkan untuk mengembangkan kesadaran tentang arah tujuan hidup.
Banyak dari gen Z yang sebenarnya rindu untuk dituntun karena mereka merasa tidak tahu apa tujuan hidup mereka. Disini Gereja perlu peka dengan kebutuhan mereka, sehingga gen Z tidak merasa terhilang. Dengan begitu, gen Z akan merasa diperhatikan dan mereka akan semakin tertanam di Gereja
Generasi Z adalah masa depan Gereja, sehingga Gereja perlu memberikan perhatian lebih juga bagi mereka. Dengan memberikan yang mereka butuhkan, Gereja dapat membangun hubungan yang kuat, sehingga gen Z akan lebih mudah tertanam di Gereja. Apa yang sudah Gereja Anda lakukan untuk menyentuh anak muda? Diskusikan sama-sama yuk!