Media Sosial
Kebutuhan Millenials untuk eksis dan saling sharing membuat media sosial menjadi platform yang sangat melekat dalam kesehariannya. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif atau juga negatif, tergantung konten apa yang mereka konsumsi. Beberapa platform media sosial yang terkenal antara lain: Instagram, TikTok, YouTube, Clubhouse, Snapchat, Facebook, dsb.
Gereja perlu masuk untuk memperkenalkan diri sebagai wadah / komunitas yang relevan bagi mereka. Karena pada dasarnya Millenials bukanlah orang yang tidak mengerti kebenaran, tetapi mereka butuh kemasan yang tepat. Berikan konten-konten yang segar dengan bahasa yang tidak kaku.
Website
Selain media sosial, website dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkenalkan Gereja. Hal ini terkait kecenderungan Millenials yang lebih suka (dan percaya saat) mencari informasi sendiri dibanding bertanya / diperkenalkan.
Informasi di website hendaknya tidak terlalu banyak dan bertele-tele, karena Millenials cenderung mudah terdistraksi. Selain itu, sebagai sarana pengenalan informasi yang diberikan juga tidak perlu terlalu dalam. Berikan beberapa artikel tentang kesaksian dan perubahan hidup yang dialami oleh Jemaat. Terakhir, penting untuk memberikan "call to action" seperti nomor kontak untuk dihubungi, dan sebagainya.
Aplikasi
Kebutuhan Millenials akan akses yang serba cepat dan instan membuat mereka sangat menyukai aplikasi. Mereka tidak ragu menginstall aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya Ovo dan Gopay untuk finansial, Gojek dan Grab untuk pengiriman dan transportasi, Tokopedia dan Shopee untuk belanja, Youversion untuk alkitab. Bahkan millenials cenderung memilih untuk mencari informasi lewat aplikasi jika dibandingkan Website maupun Media Sosial.
Memiliki Aplikasi Mobile memberikan warna baru dan segar bagi Gereja di mata anak muda (Millenials), sekaligus memenuhi keinginan mereka untuk menjelajah hal baru. Aplikasi Mobile juga dapat menghadirkan fitur-fitur yang sulit dipenuhi di Website, Social Media, maupun aplikasi chat.