Setiap generasi pasti memiliki gaya berkomunikasi yang unik. Begitu pula dengan millenials. Selain memilih alat yang tepat, Gereja juga perlu merombak gaya komunikasinya agar dapat menarik Millenials.
.
Sebenarnya tidak sulit untuk melakukan hal ini. Kita bisa pelajari bagaimana para influencers yang tersebar di berbagai macam media sosial mengkomunkasikan hidup, minat, tujuan mereka. Tentunya tidak harus menduplikasi. Gereja tetap perlu menemukan gayanya sendiri, karena pada dasarnya Millenials sangat menyukai originalitas dari sebuah tampilan yang disajikan.
Eksis
Kebutuhan Millenials untuk eksis juga perlu diimbangi oleh Gereja yang ingin menjagkau mereka. Gereja perlu menjajaki dan memasuki channel mana saja yang digunakan oleh Millenials untuk berkomunikasi.
Selanjutnya Gereja bisa sharing hal-hal yang memancing rasa penasaran (kepo). Misalnya dengan membagikan foto kegiatan yang baru saja dilakukan. Berikan kata keterangan yang memancing keterangan mereka, misalnya asyik, wow, luar biasa, dan sebagainya. Bisa juga menggunakan bahasa gaul yang akan menghilangkan efek kaku.
Singkat
Millenials memproses informasi dengan sangat cepat. Hal ini dibuktikan dengan boomingnya Twitter. Karena itu apa yang kita sajikan harus singkat dan to-the-point.
Selain itu, Millenials akan lebih menghargai informasi yang berbentuk gambar, apalagi video. Hal ini dapat dilihat bagaimana platform seperti Facebook lebih digandrungi oleh generasi yang lebih senior, sedangkan Millenials lebih menyukai Instagram bahkan TikTok. Bahkan Instagram sampai mengubah layoutnya untuk mengedepankan fitur-fitur Reels yang memang sangat menggugah visual sekali.
Semua platform atau fitur di atas memiliki ciri khas yang sama, yaitu terbatas, baik teks, maupun durasi videonya.
Kontribusi
Jika ingin membuat Millenials tertarik, berikan kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi. Hal paling sederhana dengan memberikan kata-kata call-to-action "kalau menurutmu gimana? tuliskan di kolom komentar di bawah ini".
Selain itu bisa juga mengadakan event semacam giveaways atau hal-hal lain yang bisa memancing mereka untuk berkomentar, like dan share content kita.
Menjadi Teman
Millenials adalah pribadi yang dinamis dan cenderung tidak terlalu suka dengan protokol. Hal ini dapat dilihat bahwa minat mereka untuk berkarir di kantor semakin berkurang dan cenderung ingin bekerja sendiri.
Karena itu, Gereja tidak boleh menampilkan kekakuan. Tunjukkan bahwa kita ingin menjadi teman mereka. Tawarkan komunitas sebagai wadah untuk mereka dapat membangun hubungan sehat yang tidak semu. Tunjukkan pula bahwa berkomunitas adalah hal yang fun dan tidak membosankan,