
Lewat risetnya, Barna mengatakan bahwa dalam sekolah berbasis Kristen hanya 17% dari anak muda yang merasa Gereja membantu mereka menemukan tujuan hidup. Kebanyakan dari mereka merasa Gereja bersikap pasif tentang keadaan mereka.
Padahal jika generasi muda dapat merasakan kepedulian, mereka dapat menjadi sangat terbuka, termasuk dalam hal tujuan hidup. Hal ini menjadi wake up call bagi Gereja. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan berdasarkan hasil study yang dilakukan:
1. Bertindak aktif
Gereja dapat bertindak aktif dengan cara memulai komunikasi terlebih dahulu. Gereja perlu menyelami dunia generasi muda, mengetahui istilah-istilah, atau bahkan budaya generasi muda, yang akan sangat membantu dalam memulai komunikasi.
2. Membangun hubungan yang kuat
Gereja perlu mengusahakan agar hubungan yang terjadi cukup kuat. Tolok ukurnya adalah sebesar apa generasi muda dapat terbuka dan percaya untuk menceritakan tentang permasalahan yang dihadapi. Untuk itu, Gereja perlu membangun komunitas yang otentik dan sehat, yang dapat menjadi wadah bagi mereka untuk curhat, sharing, dan sebagainya.
CARANYA?
3. Membagikan Value
Dalam menjangkau generasi muda, Gereja perlu mengurangi pendekatan yang bersifat tuntutan, dan lebih berusaha berbagi. Dengan begitu, value-value yang diberikan tidak akan dianggap sebagai menggurui, tetapi lebih ke sharing pengalaman, yang nantinya akan mereka jadikan bekal dalam mencari tujuan hidupnya.
Untuk bisa lebih maksimal, Gereja perlu memastikan pendataan jemaatnya berjalan dengan baik, sehingga data generasi muda, perkembangannya, dapat diamati secara detail. Dengan begitu, semua generasi muda dalam gereja dapat diperhatikan secara menyeluruh, tanpa ada yang terlewat.
Jika serius dijalankan, Gereja memiliki peluang yang besar dalam mengarahkan generasi muda dalam pencarian tujuan hidupnya. Bagaimana dengan Gereja Anda, apakah generasi mudanya sudah cukup diperhatikan?