Konflik adalah bagian dari dinamika kehidupan manusia, termasuk di dalam Gereja. Meskipun demikian, konflik di dalam Gereja butuh diatasi / diselesaikan dan tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena bisa membawa dampak yang buruk bagi perkembangan Gereja.
Penyebab konflik bisa terjadi karena masalah-masalah yang berkaitan dengan organisasi, seperti program Gereja (organization conflicts) dan konflik antar pribadi dalam Gereja (personal conflicts). Sebelum membawa dampak yang besar, konflik perlu dideteksi. Mari simak beberapa hal yang dapat menjadi pertanda adanya konflik dalam Gereja.
#1 Tingkat Kehadiran Jemaat Menurun
Jemaat tidak akan merasa nyaman berada dalam lingkungan Gereja yang tidak kondusif. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kehadiran Jemaat dalam acara dan ibadah, hingga dapat berdampak pada berkurangnya jumlah persembahan dibandingkan biasanya.
#2 Munculnya keluhan-keluhan
Ketika Gereja berada dalam situasi konflik, maka pelayanan Gereja terhadap Jemaatnya akan tidak berjalan dengan maksimal. Hamba Tuhan dan majelis yang terlibat konflik pasti tidak akan dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
#3 Partisipasi Jemaat Menurun
Selain itu, konflik dapat berdampak pada penurunan dari partisipasi Jemaat dalam aktifitas pelayanan di Gereja. Hal ini dapat terjadi misalnya jika masukan-masukannya tidak dapat ditangani dengan baik, sehingga muncul pola pikir apatis.
Semakin dini konflik bisa dideteksi, semakin mudah penyelesaiannya. Gereja dapat mendeteksi konflik dan persoalan dengan cara membaca data yang disajikan oleh Sistem Informasi seperti Shiftsoft.
Misalnya, tingkat kehadiran Jemaat dapat dilihat lewat Laporan Kehadiran, adanya keluhan dapat diakomodir lewat menu Help Center dan aktifitas pelayanan dapat diakses lewat modul Service Scheduling.
Dengan menggunakan Shiftsoft Gereja dapat terbantu untuk mendeteksi adanya konflik sehingga dapat mencegah dampak yang lebih besar. Segera diskusikan kebutuhan Gereja Anda bersama kami!